Berita

Berita Thumbnail
Selasa, 15 Februari 2022
Oleh: Admin

Merajut Kembali Cerita Dan Jejak Masa Lalu Di Kawasan Lasem, Benteng Nieuw Victoria dan Kawasan Museum Bahari

Berita dari FTSP Usakti :

Merajut Kembali Cerita Dan Jejak Masa Lalu Di Kawasan Lasem, Benteng Nieuw Victoria dan Kawasan Museum Bahari

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Trisakti telah menyelenggarakan
webinar Merajut Kembali Cerita Dan Jejak Masa Lalu di Kawasan Lasem, Benteng Nieuw
Victoria, dan Kawasan Museum Bahari pada tanggal 14 Februari 2022.

Webinar yang dihadiri oleh Direktur Jenderal
Kebudayaan, Kemendikbudristek RI Bapak Hilman Farid Ph.D, Founder – Director – Chief
Knowledge Worker di Ruang Waktu Bapak Dr. Ir. Wicaksono Sarosa, Ketua Perkumpulan Ahli
Arkeolog Indonesia Bapak Drs. Marsis Sutopo, M.Si., para civitas akademika FTSP Universitas
Trisakti, para mahasiswa magister arsitektur Universitas Trisakti, para pengurus dan
masyarakat kawasan cagar budaya.

Webinar ini merupakan diskusi tugas akhir dari perkuliahan selama 1 semester mata kuliah
Heritage Management. Tugas akhir ini mempunyai 3 fokus utama yaitu adakah permasalahan
terhadap cagar budaya, lalu potensi apa saja yang terdapat atau bisa dilakukan, serta
perlindungan dan pemanfaatan yang seperti apa terhadap kawasan cagar budaya tersebut.
Untuk itu cagar budaya yang dipilih di bagi menjadi 3 yaitu Kawasan Lasem di Jawa Tengah,
Benteng Nieuw Victoria di Ambon dan Kawasan Museum Bahari di Jakarta. Selama penerapan
mata kuliah ini para mahasiswa juga diarahkan oleh mentor – mentor ahli yang sesuai dengan
cagar budayanya.

Dalam sambutannya Bapak Dr. Ir. A. Hadi Prabowo, MT. selaku Dekan FTSP Universitas
Trisakti mengatakan bahwa warisan budaya merupakan kekayaan budaya yang mempunyai
nilai penting untuk pemahaman pengembangan secara ilmu pengetahuan dan kebudayaan
dalam rangka mengukur kepribadian masyarakat dan bangsa. Pengelolaan aset warisan
budaya sangat diperlukan untuk melindungi kekayaan warisan budaya, pada saat ini masih
diperdebatkan mengenai pendekatan pengelolaan warisan budaya. Ada 2 perbedaan mendasar
mengenai pendekatan pengelolaan warisan budaya yaitu antara prinsip pengelolaan yang
berdekatan dengan konservasi dan yang mengarah kepada pariwisata. Untuk menyatukan
perbedaan pendekatan inilah diperlukan untuk pengelolaan warisan budaya yang mampu
menggabungkan konservasi dan industri pariwisata.

Bapak Hilman Farid Ph.D menyampaikan bahwa pada bulan Januari, pemerintah menerbitkan
Peraturan Pemerintah (PP) No. 1 tahun 2022 tentang Registrasi Nasional dan Pelestarian
Cagar Budaya. Peraturan ini diterbitkan sebagai pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. PP No. 1/2022 ini memberikan kewenangan kepada
pemerintah dan partisipasi masyarakat dalam mengelola cagar budaya sehingga dapat tercapai
sistem manajerial perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang baik berkaitan dengan
perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan cagar budaya sebagai sumber daya budaya
bagi kepentingan yang luas.

Kerjasama dengan perguruan tinggi seperti ini tentu sangat
diperlukan untuk pengembangan dan pemanfaatan cagar budaya ini dapat lebih maksimal lagi.
Beliau juga mengutarakan kalau saat ini pemerintah sedang mengembangkan kajian seperti ini
melalui program LPDP untuk bidang Cagar Budaya terhadap tingkat Magister dan Doktoral.

Pemerintah siap untuk menerima usulan-usulan program terkait peningkatan terhadap Cagar
Budaya baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Museum Bahari
Sejarahnya Bahari merupakan salah satu poros maritim dunia karena adanya pelabuhan Sunda
Kelapa. Museum Bahari dulunya adalah gudang barat yang berdiri persis di pinggir pantai
Batavia. Signifikansi museum Bahari adalah gudang rempah yang merupakan artefak abad
15-17 dan menjadi sebuah kekayaan bagi Nusantara. Bentuk bangunan yang khas abad ke-17
ini menjadi daya tarik tersendiri.
Pemanfaatan kawasan museum Bahari belum maksimal terlihat dari banyaknya area-area yang
tidak digunakan dan dibiarkan kosong begitu saja. Dimana dulunya banyak agenda ataupun
kegiatan yang berlangsung di kawasan ini seperti pameran-pameran, menjadi lokasi untuk
photoshoot, dll.

Dengan memanfaatkan area-area yang ada di kawasan museum, nantinya
pemanfaatan kawasan Bahari ini akan menjadi sebuah museum, galeri, perpustakaan, dan
gaya hidup / lifestyle seperti M Bloc yang dulunya adalah gudang PERURI. Industri UMKM di
kawasan museum Bahari ini sendiri juga mempunyai potensi salah satunya adalah kerajinan
kerang, kain warna rempah, kerupuk dan dendeng.

Museum Bahari merupakan kawasan konservasi yang bisa menjadi industri pariwisata karena
menjadi bagian dalam wisata Jakarta Tour yang juga menjadi rujukan kebaharian Indonesia
bahkan museum Bahari juga sudah menjalin kerjasama dengan kebaharian di luar negeri
seperti Australia, Cina, Korea. Sehingga memiliki potensi berupa signifikansi sejarah dan
banguan arsitektur, mengangkat kebaharian Indonesia, memanfaatkan industri kreatif yang
fokus di kebaharian.
Kawasan Lasem
Kota Lasem di Kabupaten Rembang Jawa Tengah dikenal sebagai kawasan bersejarah yang
sekaligus menjadi simbol akulturasi budaya di negeri ini. Dahulu Lasem merupakan bandar
pelabuhan besar sejak abad 12 saat kerajaan Majapahit sampai dengan abad 19 saat
kolonialisme Belanda. Perpaduan budaya tersebut sekaligus juga menjadi simbol kebhinekaan
Nusantara. Pemerintah pun melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(PUPR) mulai melakukan penataan kawasan Lasem tersebut.
Signifikansi Lasem terbagi menjadi 3 kawasan utama yaitu kawasan pecinan, kawasan
alun-alun dan kawasan religi dan eks pusat kadipaten bonang binangun.
Visi pengelolaan “Kembali Lasem” yaitu mengembalikan Lasem pada era “kejayaanya” dalam
konteks masa kini. Me-revitalisasi arsitektur ruang kota, bangunan dan konteks lingkungannya
yang mempresentasikan “jiwa” Lasem.

Dengan prioritas Kampung Pecinan dan Kampung
berkarakter heritage di sisi bagian kota lainnya, untuk membangung “New Lasem.

Benteng Nieuw Victoria
Benteng Victoria merupakan tempat bersejarah yang terletak tepat di pusat kota Ambon.
Benteng tertua di Ambon ini dibangun oleh Portugis pada tahun 1575, yang selanjutnya diambil
alih oleh Belanda. Belanda kemudian menjadikan benteng ini sebagai pusat pemerintahan
untuk mengeruk harta kekayaan masyarakat pribumi, berupa rempah-rempah yang melimpah di
bumi Maluku. Benteng Victoria merupakan cikal bakal kota Ambon, di mana pada mulanya
menjadi pusat administrasi pertama VOC di Asia dan perdagangan rempah-rempah di tanah air.
Benteng dan kawasannya mengajak masyarakat Indonesia untuk melihat kembali dan
mengapresiasi sejarah dan nilai-nilai kepahlawanan bangsa, serta belajar dari teknologi dan
terobosan yang dikembangkan pada pembangunan di daerah pesisir dan rawan gempa.
Visi pengembangannya yaitu situs cagar budaya Nieuw Victoria menuju Ambon harmonis,
sejahtera dan religius dengan mempunyai misi yaitu mengembangkan dan memanfaatkan situs
cagar budaya Benteng Nieuw Victoria sebagai pusat sejarah, budaya dan pendidikan yang
menyimpan kisah tentang kekayaan rempah, perjuangan bangsa dan pahlawan Indonesia,
potensi budaya Ambon serta mewujudkan Ambon sebagai kota musik yang kreatif dalam
mendukung pariwisata, budaya dan ekonomi.
Heritage Urban Landscape
Heritage urban landscape merupakan gagasan yang sangat populer untuk heritage
management. Adanya nilai budaya, nilai kelestarian alam, dll yang kemudian memutuskan
untuk suatu kawasan atau bangunan mempunyai makna tertentu. Jadi tidak terus menerus
mengenai bangunan tetapi konteks lainnya seperti area terbuka, tanah / lingkungan sekitar
untuk dapat memahami konteks geografi yang lebih luas. Untuk semakin mengetahui apa
karakteristik sebuah cagar budaya, bagaimana cagar budaya tersebut dimaknai dari waktu ke
waktu oleh masyarakat.

Sumber berita : Humas Usakti

Floatin Button
Floatin Button